KOTA DEPOK — Semakin mendekati Pilkada pada tanggal 9 Desember 2020, pastinya kedua kubu berjibaku memperkenalkan kandidat dukungannya masing-masing. Bahkan, dalam dua kali survei, tersusulnya pasangan Idris-Imam oleh paslon nomor urut satu Pradi-Afifah. Ini
memperlihatkan begitu besarnya pengaruh gerakan relawan dan mesin partai di lapangan.
Namun, hingga bulan terakhir jelang pemilihan, kedua kubu kandidat walikota Depok begitu hening, baik media sosial maupun gerakan di darat tiba-tiba jadi bahan pembicaraan, terutama Pendukung Pradi-Afifah yang memiliki inovasi baru dalam berkampanye.
“Sudah tidak masanya lagi mengerahkan cyber army untuk menciptakan gaung palsu. Pembicaraan harus terjadi di lapangan, dengan aksi langsung persuasi calon pemilih, namun amplifikasinya harus tetap terjadi di dunia maya. Sekaligus tidak menimbulkan kerumunan, untuk mengantisipasi pandemi, soalnya tidak harus ramai-ramai. Sendiri juga bisa.” ujar Hariadhi dalam keterangan persnya.
Gerakan Inovasi Aliansi Akbar Depok Ceria (AADC), ini adalah upaya mapping atau menginput UMKM yang berserakan di Depok ke Google Maps. Tujuannya tentu membantu mereka menemukan calon konsumen. Seperti, ketika kita jalan-jalan ke manapun, mau belanja apa pun, pasti mencarinya dengan Google Maps. Sambil membagikan stiker warna-warni yang mencolok, kita daftarkan mereka ke Google Maps.
“Jadi, tentunya mereka senang sekali menyambut niat baik ini. Bahkan yang sudah terang-terangan mendukung kubu lawan pun dengan sukarela membiarkan usahanya ditempeli sticker 01 dan dilakukan mapping. Sebab ada benefit yang diterima calon pemilih, dan itu bukan dalam bentuk money politic,” tutur Hariadhi.
Dia menjelaskan, bahwa kegiatan ini memudahkan bagi relawan yang sulit menyisihkan waktunya untuk berkampanye, sebab bisa dilakukan sambil berbelanja ke warung sekitar yang memang juga dilakukan dalam aktivitas sehari-hari, seperti yang dilakukan Rinjani, warga Perumahan Permata Jasindo, Cimanggis. Pada saat yang sama, ia harus merawat Ibunya yang sakit, jadi sulit sekali untuk ikut dalam berbagai kegiatan relawan.
“Kenapa tidak? Sekalian canvassing, juga membantu mapping usaha mereka di Google Maps. Kan kita jadi bisa mensosialisasikan paslon, visi, misi, sekalian mempromosikan mereka melalui Google Maps. Misalnya pemilik kios, toko, rumah makan, dan lainnya. Membujuk memilih sekaligus membantu dagangannya laris, Insya Allah ada pahalanya,” jelas Hariadhi.
Hariadhi menegaskan, bahwa keistimewaan dari kampanye melalui media digital adalah hasil yang efisien dan terukur. Dari tiap titik yang kita mapping, secara berkala Google Maps memberikan laporan berapa yang berkunjung ke tempat tersebut, berapa yang melihat foto-foto produknya, dan sebagainya. Ini memungkinkan UMKM di Depok dirangkul dan dibina dalam jangka panjang, bukan hanya kalau ada maunya saat sedang minta dipilih saja,” tandasnya.
Pernyataan Hariadhi juga diamini oleh relawan Deni, yang terjun langsung di Cipayung Jaya dan Kelapa Dua. Dia mengakui, bahwa dirinya rela untuk keluar malam hari dan berbincang dengan berbagai pelaku usaha kecil di jalanan.
“Cara ini lebih efektif menurut saya, karena sambil berkampanye, kita membantu mereka untuk eksis di dunia digital. Masyarakat jadi mudah mencari barang-barang keperluan mereka tanpa harus jalan berkeliling. Cukup buka Google Maps saja,” ucap Deni.
Gerakan mapping ini disambut oleh banyak kelompok relawan, salah satunya Forum Alumni Depok. Joris Tutupoly yang ikut serta berkolaborasi dalam canvassing di sekitar Jalan Arief Rahman Hakim, di seberang Universitas Indonesia.
“Jadi, ini cara kami mendekati pemilih. Pastinya harus dengan pendekatan teknologi. Apalagi di Depok, terdapat perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Kegiatan ini juga wujud eksistensi Depok dalam kemajuan teknologi. Artinya, targetnya 10 ribu UMKM, seperti juga janji Pradi Afifah untuk membantu 10 ribu UMKM baru. Kita perlihatkan itu tidak sekedar janji, saat kampanye pun sudah diwujudkan,” ujar Joris.
Ternyata bukan hanya di kalangan relawan saja, bahkan dari partai pun ikut terjun dalam upaya ini. Seperti, Ketua Ranting PDIP Gandul
Herlien Ika mengungkapkan, bahwa ikut juga berkolaborasi mengedukasi kader-kadernya untuk melakukan kegiatan serupa di wilayah binaannya.
“Jadi, dari mapping ini cara yang sangat efektif dan mudah. Hampir semua kader kami sudah punya HP dengan Android. Di dalamnya pasti ada Google Maps. Sehari-hari pun mereka juga pakai Google Maps. Tinggal diberi sedikit edukasi bagaimana melakukan input sendiri,” pungkasnya.
Herlien menambahkan, bahwa kegiatan ini cocok dengan target PDIP yang memang menyasar wong cilik. Kalau usaha besar pasti sudah dari dulu masuk Google Maps, tapi bagaimana dengan warung-warung kecil, penjual nasi goreng, roti bakar, teh botol, sampai cilok. “Artinya, setelah masuk Google Maps, warga bisa telepon saja atau datangi langsung kalau mau beli,” paparnya.
SAID